Minggu, 10 Oktober 2010

Pengalaman Pertama Laura




Namaku Andhika, aku seorang siswa Kelas 1 di SMU yang cukup
top di kota Palembang. Pada hari itu aku ingin mengambil tugas
kimia di rumah salah satu teman cewekku, sebut saja Rina. Di
sana kebetulan aku ketemu sahabat Rina. Kemudian kami pun
berkenalan, namanya Laura, orangnya cukup cantik, manis, putih
dan bodinya sudah seperti anak kelas 3 SMU, padahal dia baru
kelas 3 SMP. Pakaian sekolahnya yang putih dan agak kekecilan
makin menambah kesan payudaranya menjadi lebih besar. Ukuran
payudaranya mungkin ukuran 32B karena seakan akan baju seragam
SMP-nya itu sudah tidak mampu membendung tekanan dari gundukan
gunung kembar itu.

Kami saling diam, hanya aku sedang mengamati dadanya dan
pantatnya yang begitu montok. Wah serasa di langit ke-7 kali
kalau aku bisa menikmati tubuh cewek ini, pikirku. Terkadang
mata kami bertemu dan bukannya ke GR-an tapi aku rasa cewek
ini juga punya perasaan terhadapku. Setelah satu jam berada di
rumah Rina, aku pun berpamitan kepada Rina tetapi dia
menahanku dan memintaku mengantarkan Laura pulang karena
rumahnya agak jauh dan sudah agak sore dan kebetulan aku
sedang bawa "Kijang Rangga" milik bapakku.

Akhirnya aku menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk
mendekati Laura. Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali
pembicaraan dengan menanyakan, "Apa tidak ada yang marah kalau
aku antar cuma berdua, entar pacar kamu marah lagi..?"
pancingku. Dia cuma tertawa kecil dan berkata, "Aku belum
punya pacar kok." Secara perlahan tangan kiriku mulai
menggerayang mencoba memegang tangannya yang berada di atas
paha yang dibalut rok SMP-nya. Dia memindahkan tangannya dan
tinggallah tanganku dengan pahanya. Tanpa menolak tanganku
mulai menjelajah, lalu tiba-tiba dia mengangkat tanganku dari
pahanya, "Awas Andhi, liat jalan dong! entar kecelakan lagi.."
dengan nada sedikit malu aku hanya berkata, "Oh iya sorry,
habis enak sih," candaku, lalu dia tersenyum kecil seakan
menyetujui tindakanku tadi. Lalu aku pun membawa mobil ke
tempat yang gelap karena kebetulan sudah mulai malam, "Loh kok
ke sini sih?" protes Laura. Sambil mematikan mesin mobil aku
hanya berkata,
"Boleh tidak aku cium bibir kamu?"
Dengan nada malu dia menjawab,
"Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan."
"Ah tenang aja, nanti aku ajari," seraya langsung melumat
bibir mungilnya.

Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami
melakukan permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku
dari tempat duduk sopir ke samping sopir dengan posisi agak
terbungkuk kami terus melakukan permainan lidah itu, sementara
itu dia tetap dalam posisi duduk. Lalu sambil melumat bibirnya
aku menyetel tempat duduk Laura sehingga posisinya berbaring
dan tanganku pun mulai mempermainkan payudaranya yang sudah
agak besar, dia pun mendesah, "Ahh, pelan-pelan Andhi sakit
nih.." Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan
kedua payudaranya yang masih dibungkus seragam SMP.

Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang
sementara tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan
langsung menerkam dadanya yang masih terbungkus dengan
"minishet" tipis serasa "minishet" bergambar beruang itu
menambah gairahku dan langsung memindahkan mulutku ke dadanya.

"Lepas dulu dong 'minishet'-nya, nanti basah?" desahnya kecil.

"Ah tidak papa kok, entar lagi," sambil mulai membuka kancing
"minishet", dan mulai melumat puting payudara Laura yang
sekarang sedang telanjang dada.Sementara tangan kananku mulai
mempermainkan lubang kegadisannya yang masih terbungkus rok
dan tanganku kuselipkan di dalam rok itu dan mulai
mempermainkan lubangnya yang hampir membasahi CD-nya yang
tipis berwarna putih dan bergambar kartun Jepang. Mulutku pun
terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun itu dan
mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan
lidahku. Laura hanya menutup mata dan mengulum bibirnya
merasakan kenikmatan. Sesekali jari tengahku pun kumasukkan
dan kuputar-putarkan di lubang kewanitaannya yang hanya
ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya menggenggam rambutku dan
duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri. Setelah itu aku
kecapaian dan menyuruhnya, "Gantian dong!" kataku. Dia hanya
menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia di bawah.
Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk
mulai membuka celana "O'neal"-ku dan melorotkannya. Lalu aku
menyuruhnya memegang batang kemaluanku yang dari tadi mulai
tegang.

Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang
kemaluanku.
"Kalau digini'in enak tidak Andhi?" tanyanya polos.
"Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih
enak?" tanyaku.
Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar
dengan kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku.
"Hisap aja! enak kok kayak banana split," dia menurut saja dan
mulai melumat batang kemaluanku dan terkadang dihisapnya.
Karena merasa maniku hampir keluar aku menyuruhnya berhenti,
dan Laura pun berhenti menghisap batang kemaluanku dengan raut
muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai menikmati
"oral seks". Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil
menenangkan kemaluanku. Dia pun kembali duduk di atas jok dan
aku di bawah dengan agak jongkok. Kemudian aku membuka kedua
belah pahanya dan telihat kembali liang gadis Laura yang masih
sempit. Aku pun mulai bersiap untuk menerobos lubang kemaluan
Laura yang sudah agak basah, lalu Laura bertanya, "Mau
dimasukin tuh Andhi, mana muat memekku kecilnya segini dan
punyamu segede pisang?" tanyanya polos. "Ah tenang aja, pasti
bisa deh," sambil memukul kecil kemaluannya yang memerah itu
dan dia pun sendiri mulai membantu membuka pintu liang
kemaluannya, mungkin dia tidak mau ambil resiko lubang
kemaluannya lecet.

Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku,
"Aah.. ahh.. enak Andi," desahnya dan aku berusaha memompanya
pelan-pelan lalu mulai agak cepat, "Ahh.. ahh.. ahh.. terus
pompa Andi." Setelah 20 menit memompa maniku pun sudah mau
keluar tapi takut dia hamil lalu aku mengeluarkan batang
kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika aku
mengeluarkan batang kemaluanku.
"Kok dikeluarin, Andi?" tanyanya.
"Kan belum keluar?" tanyanya lagi.
"Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,"
hiburku.
Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup
membelakangiku.
"Ngapain sih Andi?" tanya Laura.
"Udah tunggu aja!" jawabku.
Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk
pantat yang montok itu.
"Aahh.. ahh.. sakit Andhi.. apaan sih itu..?"
"Ah, tidak kok, entar juga enak."
Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang
kemaluanku dan desahan Laura kali ini lebih besar sehingga dia
menggigit celana dalamku yang tergeletak di dekatnya.

"Sabar yah Sayang! entar juga enak!" hiburku sambil terus
memompa pantatnya yang montok. Tanganku pun bergerilya di
dadanya dan terus meremas dadanya dan terkadang meremas
belahan pantatnya. Laura mulai menikmati permainan dan mulai
mengikuti irama genjotanku. "Ahh terus.. Andhi.. udah enak
kok.." ucapnya mendesah. Setelah beberapa menit memompa
pantatnya, maniku hendak keluar lagi. "Keluarin di dalam aja
yah Laura?" tanyaku. Lalu dia menjawab, "Ah tidak usah biar
aku isep aja lagi, habis enak sih," jawabnya. Lalu aku
mengeluarkan batang kemaluanku dari pantatnya dan langsung
dilumat oleh Laura langsung dihisapnya dengan penuh gairah,
"Crot.. crot.. crot.." maniku keluar di dalam mulut Laura dan
dia menelannya. Gila perasaanku seperti sudah terbang ke
langit ke-7.
"Gimana rasanya?" tanyaku.
"Ahh asin tapi enak juga sih," sambil masih membersihkan mani
di kemaluanku dengan bibirnya.

Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku
sudah pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam.
Lalu aku mengantarkan Laura ke rumahnya di sekitaran
Panakukang Mas. Laura tidak turun tepat di depan karena takut
dilihat bapaknya. Tapi sebelum dia turun dia terlebih dahulu
langsung melumat bibirku dan menyelipkan tanganku ke CD-nya.
Mungkin kemaluannya hendak aku belai dulu sebelum dia turun.
"Kapan-kapan main lagi yach Andhi!" ucapnya sebelum turun dari
mobilku. Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun
berikutnya dia masuk SMU yang sama denganku dan kami bebas
melakukan hal itu kapan saja, karena tampaknya dia sudah
ketagihan dengan permainan itu bahkan Laura pernah melakukan
masturbasi dengan pisang di toilet sekolah. Untung aku melihat
kejadian itu sehingga aku dapat memberinya "jatah" di toilet
sekolah.

TAMAT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar